Friday, November 30, 2007

Berusaha Tampil Garang


Foto menakutkan abad ini...





Foto menakutkan abad ini... (mean & dangerous)

Wednesday, November 28, 2007

Di Pagi Hari Yang Cerah...

Ada satu hal yang pernah diucapkan guru gw waktu SD dulu yang gak akan gw lupain : “Selalu awali harimu, pagimu dengan senyum, jauhi amarah dan sambut hari kamu dengan keceriaan, pikirkanlah hal2 yang bisa membuat kamu tersenyum dan melihat sesuatu dari sisi positif…”

Dan beberapa waktu lalu adalah pagi yang cerah buat gw, thank God gw bangun dalam keadaan sehat dan segar, hmmm… apa ya yang bisa membuat memberikan nilai plus pagi ini? Oh iya, mari kita lihat berita pagi, gak ada yang lebih menyenangkan dipagi hari selain bersantai sambil nonton berita, ya ini penting untuk memulai hari, selain menambah wawasan juga bisa untuk bahan obrolan pagi dengan kawan kawan di kantor

Setelah celingukan cari remote, klik.. tv pun gw stel, yup pada jam tsb. rata2 stasiun tivi memang lagi berlomba lomba menyajikan berita2 hangat untuk pemirsanya

Berita yang gw dapet pertama dari salah satu stasiun televise swasta adalah… nggak jelas karena ujug ujug gambarnya satu orang yang lagi di hajar sama sekumpulan orang, ya Tuhan ada apakah? Nggak sempat gw cari tau, ternyata udah ganti topik berita, kali ini tentang prosesi eksekusi rumah warga oleh kejaksaan, karena di klaim status kepemilikannya oleh pihak lain (koq bisa ya? Siapa yang bertanggung jawab tuh)... dalam gambar terlihat satu orang yang lagi di pegangin kayak maling, di seret seret... oh ternyata itu si penghuni rumah yang bertahan, menolak proses eksekusi rumah, tapi seperti biasa, mereka akhirnya ”kalah” rumah nya pun porak poranda dihajar alat berat, diiringi isak tangis wanita penghuni rumah tsb (mungkin istri dan anaknya)

Selanjutnya berita tentang penertiban salah satu pasar tradisional di jakarta, karena pasar tsb. mau di kembalikan ke fungsi asal yaitu taman kota, hmm… boleh juga idenya, gambar pun di tayangkan, beberapa petugas berseragam biru biru sedang mencak-mencak kepada sekerumunan orang yang nggak kalah garang wajahnya, selanjutnya terjadilah adu mulut dilanjut dengan aksi dorong mendorong, beberapa orang jatuh, ada yang ditarik tarik, ada yang main tendang, ada yang mau lari tapi dikejar dan pas tertangkap, seperti biasa bogem mentah pun mendarat dengan mulus di wajah dan bagian tubuh lainnya, seru.

Di bagian lain terlihat beberapa ibu2 menggunakan kerudung yang hanya bisa menangis pasrah melihat dagangannya di angkut dengan paksa, sementara (mungkin) anaknya mati2an berusaha mempertahankan harta yang (lagi lagi mungkin) paling berharga buat mereka, modal hidup mereka... gak pake lama, sang pemuda pun akhirnya nggak berdaya setelah kurang lebih 3-4 orang memeganginya dan memberikan beberapa ”sentuhan aparat” oh kasian sekali, siapa suruh jadi orang susah... ayo marah sama nasib

Thank God akhirnya pemandangan itu berakhir, lanjut ke berita selanjutnya, demo warga menuntut turunnya salah seorang pejabat teras, syukurlah demo berlangsung damai, tapi sayangnya cuma sebentar damainya karena selanjutnya terlihat pendemo dan petugas saling dorong, dan akhirnya... seperti biasa, rusuh... main pukul2an kejar2an, tarik2an baju... yeah yeah.. Jayalah negeri ini

Gak tahan, gw pun ganti channel, beritanya (lagi lagi) demo, kali ini para sopir truk pengangkut pasir demo ke balai desa setempat, gak tau juga apa masalahnya, yang jelas ada satu orang lelaki dengan rambut sebahu sedang “berdialog” (atau lebih tepatnya mencak mencak?) dengan PIC (halah PIC) bali desa tsb, selanjutnya bisa di tebak, pendemo & petugas sama2 nggak bisa meredam emosi, terjadilah aksi.... aksi apa ya namanya, kalo pada saling melotot, maki maki, dorong mendorong, dll dll? Yang jelas sempet terlihat salah seorang tiba2 seperti di cekik oleh seseorang berseragam, kayaknya bukan dari polisi atau TNI, diikuti rekan2nya yang saling back up, yeah gw Cuma bisa bilang “Hajar!” tanpa tau siapa mesti menghajar siapa, yang jelas di pagi yang cerah itu gw mulai terpancing emosi, gak jelas emosi sama siapa, kesel aja, kenapa harus selalu pake kekerasan.... kenapa selalu rakyat kecil jadi korban.

Akhirnya gw pindah channel tv, dengan mengadu nasib, kalo masih berita tentang aksi kekerasan mendingan gw matiin aja nih tv, dan ternyata gw kurang beruntung pagi itu, karena begitu gw pindah, beritanya adalah : sekelompok orang pendukung bupati di kecamatan anu sedang bersitegang dengan kelompok yang menentangnya & menuntut utk mundur... oalah

Apa boleh buat, gw mesti terima konsekuensinya, matiin tv...
Kayaknya mendingan begitu, karena gw nggak mau merusak hari-hari gw dengan menyaksikan maraknya aksi violence di negeri yang kaya dan penuh dengan orang pandai ini.... (nggak percaya? Lha orang2 sekitar gw rata2 udah mengantungi gelar S2 tuh he he he...)

Gw nggak habis pikir, apa nggak ada satu hal, satu kenyataan di negeri ini yang bisa ditampilkan dalam berita & membuat pagi hari jadi semakin menyenangkan? Apa jadinya kalau generasi penerus kita di pagi hari aja sudah di suguhi dagelan bodoh orang2 yang mengutamakan kekerasan?

Bingung mau ngapain, akhirnya gw ke kamar mandi guna melakukan aksi damai dengan sabun...










Monday, November 26, 2007

Kemacetan Menurut Warga Jakarta

Kemacetan di jakarta mungkin sudah menjadi hal yang biasa bagi banyak warga jakarta, bahkan mungkin juga udah basi, yup karena memang itulah yang harus kita hadapi tiap hari, suka atau nggak suka.

Beberapa stasiun tv belakangan ini giat mengupas masalah ini dan mencoba melihatnya dari sudut pandang warga Jakarta, presenter pun turun ke jalan utk mewawancara para pengguna, berikut petikan yang berhasil gw ”tangkap” dari beberapa stasiun tv.

Sopir bus kota : “ah udah biasa mas, menurut saya sih kayaknya penyebabnya karena kebanyakan mobil pribadi, semua numpuk di jalan”

Pengemudi mobil pribadi (1) : “Sebaiknya pemerintah mikirin dong kebutuhan warganya, jangan sampai mobilitas warga terganggu karena keterbatasan space jalanan, ini bukannya di tambah malah dikurangin dengan bikin jalus busway lah, monorail lah” (dengan muka bete)

Pengendara motor : “Kebanyakan mobil pribadi sih mbak, liat aja, mereka boros banget makan jalan padahal isinya cuma satu orang, paling banter bertiga, sementara untuk satu mobil pribadi bisa muat buat 4 -5 motor”

Pengemudi mobil pribadi (2) : “Mestinya pemda usahain keq jalannya di tambah, kan bisa di lebarin, atau bikin jalanan di bawah atau di atas, yah gimana keq caranya biar nggak macet”

Sopir taxi : ”Abis mau gimana lagi mbak, emang udah kayak begini, pemerintah bukannya ngebantu kita kita malah bikin susah pake ngebangun jalur busway, makan lahan saya aja”

Penumpang angkot : “Volume kendaraan udah terlalu tinggi mbak, udah nggak muat lagi, ditambah lagi prilaku para pemakai jalan yang srudak sruduk enggak mau ngalah, nggak motor nggak mobil, sama aja”

Pedagang teh botol : ”Wah saya nggak tau ya, tapi sih emang udah kebanyakan mobil sih, gimana dong? he he he” (pake ketawa nggak jelas)

Pengemudi mobil pribadi (3) : ”Yah emang udah kebanyakan kendaraan mas, sementara jalannya ini ini aja, malah sekarang di kurangin buat busway, ya tambah parah aja, belum lagi motor yang gila gilaan jumlahnya plus sopir angkutan umum yang suka berhenti atau ngambil jalur seenaknya”

Supir angkot : ”yah gimana ya, memang sih kita suka berhenti naik turunin penumpang sembarangan, tapi kan kita di butuhkan juga, coba kalo nggak ada angkot, kan repot, jadi harapan saya ya supaya pemakai jalan yang lain bisa lebih mengerti”

Dalam hati gw berfikir.. untung gw bukan gubernur jakarta... jadi enggak perlu pusing2 mikirin solusinya...

Akhirnya gw ganti aja channel tv nya, mendingan nonton spongebob deh...


Friday, November 23, 2007

Bersyukurlah Dan Berbahagialah...


Suatu ketika di ruang kelas sekolah menengah, terlihat suatu percakapan yang menarik.
Seorang Pak Guru, dengan buku di tangan, tampak menanyakan sesuatu kepada
murid-muridnya di depan kelas. Sementara itu, dari mulutnya keluar sebuah pertanyaan.

" Anak-anak, kita sudah hampir memasuki saat-saat terakhir bersekolah di
sini.
Setelah 3 tahun, pencapaian terbesar apa yang membuat kalian bahagia ?
Adakah hal-hal besar yang kalian peroleh selama ini ?"

Murid-murid tampak saling pandang.
Terdengar suara lagi dari Pak Guru,
" Ya, ceritakanlah satu hal terbesar yang terjadi dalam hidup kalian ..."

Lagi-lagi semua murid saling pandang, hingga kemudian tangan Pak Guru itu
menunjuk pada seorang murid.
" Nah, kamu yang berkacamata, adakah hal besar yang kamu temui ?
Berbagilah dengan teman-temanmu ..."

Sesaat, terlontar sebuah cerita dari si murid,
" Seminggu yang lalu, adalah saat-saat yang sangat besar buat saya.
Orang tua saya, baru saja membelikan sebuah motor, persis seperti yang saya
impikan selama ini."

Matanya berbinar, tangannya tampak seperti sedang menunggang sesuatu.
" Motor sport dengan lampu yang berkilat, pasti tak ada yang bisa
mengalahkan kebahagiaan itu !"

Pak Guru tersenyum.
Tangannya menunjuk beberapa murid lainnya.
Maka, terdengarlah beragam cerita dari murid-murid yang hadir.

Ada anak yang baru saja mendapatkan sebuah mobil.
Ada pula yang baru dapat melewatkan liburan di luar negeri.
Sementara, ada murid yang bercerita tentang keberhasilannya mendaki gunung.

Semuanya bercerita tentang hal-hal besar yang mereka temui dan mereka
dapatkan.
Hampir semua telah bicara,hingga terdengar suara dari arah belakang.
" Pak Guru ... Pak, saya belum bercerita."

Rupanya, ada seorang anak di pojok kanan yang luput dipanggil.
Matanya berbinar.
Mata yang sama seperti saat anak-anak lainnya bercerita tentang kisah besar
yang mereka punya.

" Maaf, silahkan, ayo berbagi dengan kami semua,"
ujar Pak Guru kepada murid berambut lurus itu.

" Apa hal terbesar yang kamu dapatkan ?"
ujar Pak Guru mengulang pertanyaannya kembali.

" Keberhasilan terbesar buat saya, dan juga buat keluarga saya adalah ...
saat nama keluarga kami tercantum dalam Buku Telepon yang baru terbit 3 hari
yang lalu."

Sesaat senyap.
Tak sedetik, terdengar tawa-tawa kecil yang memenuhi ruangan kelas itu.
Ada yang tersenyum simpul, terkikik-kikik, bahkan tertawa terbahak mendengar
cerita itu.

Dari sudut kelas, ada yang berkomentar,
" Ha ? Saya sudah sejak lahir menemukan nama keluarga saya di Buku Telepon.
Buku Telepon ?
Betapa menyedihkan ... hahaha ..."

Dari sudut lain, ada pula yang menimpali,
" Apa tak ada hal besar lain yang kamu dapat selain hal yang lumrah semacam
itu ?"

Lagi-lagi terdengar derai-derai tawa kecil yang masih memenuhi ruangan.
Pak Guru berusaha menengahi situasi ini, sambil mengangkat tangan.

" Tenang sebentar anak-anak, kita belum mendengar cerita selanjutnya.
Silahkan teruskan, Nak ..."

Anak berambut lurus itu pun kembali angkat bicara.
" Ya, memang itulah kebahagiaan terbesar yang pernah saya dapatkan.
Dulu, Ayah saya bukanlah orang baik-baik.
Karenanya, kami sering berpindah-pindah rumah.
Kami tak pernah menetap, karena selalu merasa di kejar polisi."

Matanya tampak menerawang.
Ada bias pantulan cermin dari kedua bola mata anak itu, dan ia melanjutkan.

" Tapi, kini Ayah telah berubah.
Dia telah mau menjadi Ayah yang baik buat keluarga saya.
Sayang, semua itu tidak butuh waktu dan usaha.

Tak pernah ada Bank dan Yayasan yang mau memberikan pinjaman modal buat
bekerja.
Hingga setahun lalu, ada seseorang yang rela meminjamkan modal buat Ayah
saya.

Dan kini, Ayah berhasil.
Bukan hanya itu, Ayah juga membeli sebuah rumah kecil buat kami.
Dan kami tak perlu berpindah-pindah lagi."

" Tahukah kalian, apa artinya kalau nama keluarga saya ada di Buku Telepon ?
Itu artinya, saya tak perlu lagi merasa takut setiap malam dibangunkan Ayah
untuk terus berlari.
Itu artinya, saya tak perlu lagi kehilangan teman-teman yang saya sayangi.

Itu juga berarti, saya tak harus tidur di dalam mobil setiap malam yang
dingin.
Dan itu artinya, saya, dan juga keluarga saya, adalah sama derajatnya dengan
keluarga-keluarga lainnya."

Matanya kembali menerawang.
Ada bulir bening yang mengalir.
" Itu artinya, akan ada harapan-harapan baru yang saya dapatkan nanti ..."

Kelas terdiam.
Pak Guru tersenyum haru.
Murid-murid tertunduk.

Mereka baru saja menyaksikan sebuah fragmen tentang kehidupan.
Mereka juga baru saja mendapatkan hikmah tentang pencapaian besar, dan
kebahagiaan.

Mereka juga belajar satu hal :
" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan
orang lain. Sekecil apapun ... Sebesar apapun ..."